Senin, 08 Mei 2017

Pulo Karampuang Nyanyian Rakyat Asal Sulawesi Barat



Nyanyian Rakyat (Folksongs)
Menurut Jan Harold Brunvand, nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian (Brunvand dalam danandjaja, 2002 : 141)
Berbeda dengan kebanyakan bentuk-bentuk folklor lainnya, nyanyian rakyat berasal dari bermacam-macam sumber dan timbul dalam berbagai macam media. Dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan dwitunggal yang tak terpisahkan.

Jenis-jenis Nyanyian Rakyat :
Berhubung nyanyian rakyat terdiri dari dua unsur yang penting, yakni lirik (kata-kata) dan lagu, maka sudah tentu dalam kenyataannya dapat saja terjadi bahwa salah satu unsurnya akan lebih menonjol daripada unsur yang lain.



Pulo Karampuang
Oh pulo karampuang
Di olona mamuju
Merio-rio nikita
Di wattu simbar karampuang

Karaomo lampana tonisenga’ di ate
Ateku’ rapang nikojo
Bennu bulo pammoso

Pallarina utara
Situru-turu’ salatang
Pangkata nda’ko di ia
Di tomarao

Translasi :

Pulau Bulan
Oh pulau bulan
Di depannya mamuju
Bersenang-senang dilihat
Di waktu munculnya bulan

Jauh sudah perginya yang diingat di hati
Hatiku seperti diiris
Bambu yang tajam

Angin bertiup dari utara
Begitu juga selatan
Sampaikan ke dia
Yang jauh disana



Sebelum saya membahas mengenai lagu Pulo Karampuang diatas saya akan menyinggung sedikit mengenai Pulau Karampuang itu sendiri.

Pulau Karampuang adalah sebuah pulau yang berada di Kecamatan Simboro Kepulauan, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Pulau ini memiliki luas sekitar 6 Km2 dan kepopulerannya sudah tidak diragukan lagi di Pulau Sulawesi. Pulau Karampuang merupakan lahan hutan kota Mamuju. Selain itu, pulau ini juga menjadi salah satu obyek wisata di Mamuju.
Karampuang yang berasal dari bahasa Mamuju kalau diartikan dalam bahasa Indonesia artinya rembulan atau bulan purnama. Sebenarnya nama asli pulau itu adalah Pulau Liutang namun seorang biduan dari Mamuju, Andi Maksum, memuji keindahan pulau itu ibarat rembulan dalam sebuah lagu yang berjudul Karampuang. Maka akhirnya nama ini yang lebih populer untuk menyebut nama pulau itu dibanding dengan nama aslinya.
Ada versi lain dalam soal nama Karampuang. Konon pulau itu menjadi tempat persembunyian para raja dari kejaran tentara Belanda, di masa kolonialisme. Persembunyian dinamakan karampuang sebab kata itu disusun dari Kara artinya karang, batu, atau pulau; dan Puang artinya bangsawan, ningrat, raja (maradika). Dari gabungan dua kata itu membentuk sebuah arti pulau para raja atau pulau para bangsawan. Bahasa itu berasal dari bahasa suku di  Sulawesi seperti Bugis, Makassar, dan Toraja.
Seperti yang sudah tertera diatas Karampuang itu bisa berarti rembulan ataupun bulan purnama. Disini saya akan menerjemahkan sedikit mengenai lagu Pulo Karampuang ini jika di perhatikan dari lirik lagu tersebut dapat dikatakan bahwa sesungguhnya lagu ini bercerita tentang kerinduan seseorang.
Ada yang menarik dari asal usul pulau karampuang ini, jika kita mencari artinya di internet maka tertulis bahwa Pulau Karampuang ini dikatakan hati yang dihilangkan.

Karaomo lampana tonisenga’ di ate               ‘Jauh sudah perginya yang diingat di hati’
Ateku’ rapang nikojo                                       ‘Hatiku seperti diiris’
Bennu bulo pammoso                                     ‘Bambu yang tajam’

Pallarina utara                                                ‘Angin bertiup dari utara’
Situru-turu’ salatang                                       ‘Begitu juga selatan’
Pangkata nda’ko di ia                                     ‘Sampaikan ke dia’
Di tomarao                                                      ‘Yang jauh disana’

Dari lirik tersebut terlihat jelas bahwa seseorang yang menahan rindu dan berharap angin dari utara maupun selatan menyampaikan rasa rindunya itu. Namun jika kita mendengar lagu ini dan pembawaannya maka kita akan mengira lagu ini tentang kebahagian.

Referensi :
Danandjaja, James. 2002. Folkor Indonesia, Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar