Senin, 17 April 2017

LEGENDA MENGENAI SALAH SATU TOKOH PENTING DI SAMARINDA


Legenda yang ada di Samarinda
Sebelum membahas mengenai Legenda yang ada di Samarinda perlu diketahui beberapa hal mengenai apa itu legenda dan sebagainya.
Legenda
Kata latin yang berarti : yang harus dibacakan.
Legendaris (tokoh legendaris), ajektif dari kata legenda yang lebih luas lingkupnya. Karena tradisi lisan atau tertulis  maka sekitar seorang tokoh historis dapat disusun sejumlah cerita yang mengagungkan kepahlawanannya dan yang sifat historis sukar dicek. (Hartoko & B. Rahmanto, 1986 : 79)
Legenda itu sendiri adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Legenda diyakini sebagai kejadian yang benar terjadi di dunia ini berbeda dengan dongeng yang lebih imajinatif atau dunia khayalan.
Legenda seringkali dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history), walaupun “sejarah” itu karena tidak tertulis telah mengalami distorsi, sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karenanya jika kita hendap mempergunakan legenda sebagai bahan untuk mengkonstruksi sejarah suatu folk, kitab harus membersihkannya dahulu bagian-bagiannya yang mengandung sifat-sifat folklor. (Danandjaja, 2002 : 66)
Jenis-jenis legenda :
  • Legenda keagamaan.
  • Legenda alam gaib.
  • Legenda perseorangan dan
  • Legenda setempat.

Selintas Pintas Sejarah Kota Samarinda
Kota samarinda tumbuh dari tiga kampung pemukiman suku Kutai puak Melanti yaitu Kampung Mangkupalas, Karamumus dan Karang Asam. Sejak abad ke-14 ketiga kampung tersebut memperoleh pengaruh yang sangan kuat dari Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Pada tahun 1662 sesudah perjanjian Bungaya pengaruh Makassar berangsur-angsur berkurang.
Pada tahun 1668 orang Bugis dari Sulawesi Selatan mulai bermukim di Kutai. Pada permulaan abad ke-18 berdatangan pendatang baru Bugis Wajo di bawah pimpinan La Mohang Daeng Mangkona. Samarinda yang menjadi ibu kota Provinsi Kalimantan Timur dan ibu kota Kotamadya Samarinda didiami bermacam-macam suku bangsa. Mereka melakukan kegiatan pelbagai aspek kehidupan. (Nur Ars, dkk, 1986 : 3 & 4)

Studi Perjalanan menuju Makam Daeng Mangkona
Sabtu, 11 April 2017 adalah hari dimana mahasiswa Satra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya akan mengunjungi dinasti wisata makam La Mohang Daeng Mangkona kami berkumpul terlebih dahulu di kampus FIB Universitas Mulawarman beralamat di jalan Pulau Flores No.1 Pelabuhan Samarinda. Kami berangkat sekitar jam 10.00 pagi didampingi dosen kami. Menyusuri jalanan melewati pelabuhan Samarinda kita dapat dengan jelas melihat kapal-kapal besar berjejaran di pinggir Sungai Mahakam, makin jauh dari pelabuhan kami pun melewati Tepian Samarinda yang sering dikunjungi oleh anak muda di Samarinda terutama pada malam minggu.
Tepian sudah menjadi tempat wisata kuliner yang ada di Samarinda ini. Dan juga tempat yang indah untuk merehatkan diri di tengah hiruk pikuk kota. Kemudian kita berlanjut hingga tiba di jembatan mahakam, di jembatan ini memang sedikit padat sehingga kita tidak dapat memacu gas motor kita dengan kencang.
Kemudian akhirnya kita sampai pada ujung Samarinda Seberang tepatnya dijalan Bung Tomo, disini jalan yang ditempuh lumayan baik. Dijalanan ini pun banyak rumah-rumah warga yang berjejeran banyak diantara mereka yang menjadikan kediamannya sebagai toko kecil-kecilan. Makin dalam kita menyususri jalan tersebut kita makin mendapati jalan yang tidak terlalu luas sehingga kita berjejer satu per satu untuk menyusuri jalan tersebut sesampainya di makam tersebut terlihat dengn jelas tempat makam tersebut dirawat dengan baik oleh penjaga makam. Fasilitas yang ada cukup mendukung dimana terdapat tempat parkir yang cukup luas, WC umum, gazebo dsb.


Makam Daeng Mangkona tersebut mulai dipendopokan pada tahun 1994. Dan diluar pendopo makam inti atau makam Daeng Mangkona tersebut kurang lebih terdapat 100 makam lainnya yang dianggap sebagai makam para kelompoknya.


Gambar Makam Daeng mangkona yang telah dipendopokan

Pendiri Kota Samarinda La Mohang Daeng Mangkona
La Mohang Daeng Mangkona adalah seorang tokoh penting dalam cikal bakal berdirinya Kota Samarinda di Provinsi Kalimantan Timur saat ini. Daeng Mangkona mendirikan pemukiman di Tanah Rendah bersama rombongannya yang berkisar kurang lebih 200 orang dari tanah Wajo pada tahun 1668 dan dari situlah awal mula perkembangan Kota Samarinda. Selain sebagai pendiri Kota Samarinda di Kalimantan Timur ia juga bisa dikatakan sebagai penyebar agama Islam di Samarinda Seberang.
Daeng Mangkona memilih daerah pulau borneo dan singgah di wilayah kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. (Pangeran Dipati Modjo Kusumo) setelah meminta ijin pada Sultan Kutai waktu itu, Daeng Mangkona beserta rombongan diijinkan untuk menetap di suatu daerah bernama Tanah Rendah. Sejak saat itulah, wilayah Tanah Rendah didiami oleh Daeng Mangkona dan mengembangkan daerah tanah rendah menjadi sebuah pusat perdagangan maupun sebagai pelabuhan singgah. Saat ia bertemu dengan Sultan Kutai ia bermukim di pinggir sungai untuk mengawasi daerah Kalimantan dari penjajah.
Perkampungan tersebut oleh Sultan Kutai diberi nama Sama Rendah. Nama ini tentunya bukan asal sebut. Sama Rendah dimaksudkan agar semua penduduk, baik asli maupun pendatang, berderajat sama. Tidak ada perbedaan antara orang Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya.
Salah satu hal yang dapat dipetik mengenai sejarah Daeng Mangkona ini bahwa orang terdahulu memberi nama perkampungan sebagai Samarendah (sekarang Samarinda) yang dari namanya saja sudah dapat diduga, dimana seluruh masyarakatnya “Sama” derajatnya tidak adanya penggolongan. Berbeda pada masa sekarang ini, orang-orang berlomba-lomba membangun gedung yang tinggi-tinggi hingga adanya gedung pencakar langit. Sebagian besar orang menganggap semakin tinggi bangunan semakin tinggi derajatnya di mata masyarakat.
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua “sama” derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak dan di kiri kanan sungai daratan atau “rendah”.
Hari lahir Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668, yaitu tanggal kedatangan La Mohang Daeng Mangkona yang mula-mula membangun kota ini (Samarinda Seberang Sekarang). Pada tahun 1665, rombongan orang-orang Bugis Wajo yang dipimpin  La Mohang Daeng Mangkona (bergelar Puo Ado) hijrah dari tanah kesultanan Gowa Kesultanan Kutai. Mereka hijrah keluar pulau hingga ke Kesultanan Kutai karena tidak mau tunduk dan patuh terhadap perjanjian Bongaya setelah Kesultanan Gowa kalah akibat diserang oleh pasukan Belanda. Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.

Makam Daeng Mangkona
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti meninggalnya La Mohang Daeng Mangkona tersebut, akan tetapi diperingati tiap tanggal 21 Januari sebagai hari jadinya Kota Samarinda. Saat memasuki pendopo makam tersebut terdiri dari 4 makam di sana yaitu Makam Daeng Mangkona itu sendiri, istrinya dan 2 anaknya. Makam Daeng Mangkona tersebut masih asli karena belum adanya perubahan yang dilakukan terhadap makam tersebut. Dan makam tersebut sudah berumur kurang lebih 300 tahun.


Gambar Makam Daeng Mangkona

Makam La Mohang Daeng Mangkona dapat dikatakan makam muslim karena sudah masuk keturunan ke-3. Menurut penjaga makam yang ke-3 yaitu Bapak Abdillah semenjak Daeng Mangkona memutuskan meninggalkan tempat kelahirannya hubungannya terhadap keluarganya sudah tidak terjalin lagi. Dan banyak orang yang datang dan mengaku sebagai keluarga Daeng Mangkona. Karena Daeng Mangkona dan kelompoknya tidak membangun sebuah kerajaan sehingga peninggalannya seperti senjata dan semacamnya sampai saat ini belum ada ujar penjaga makam.
Harapan saya terhadap salah satu legenda yang ada di Samarinda ini semoga orang makin banyak yang menulis mengenai sejarah La Mohang Daeng Mangkona karena masih sebagian kecil orang yang mengetahui mengenai Daeng Mangkona ini. Dan semoga segera ditemukan peninggalan-peninggalan yang berhubungan dengan Daeng Mangkona ini sebagai unsur pendukung Legenda mengenai Daeng Mangkona tersebut.

Referensi :
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia SASTRA. Yogyakarta : Kanisius.
Nur Ars, Moh dkk. 1986. Sejarah Kota Samarinda. Jakarta : Depdikbud.
Ngafenan, Mohamad. 1990. Kamus Kesusastraan. Semarang : Dahara Prize.
Danandjaja, James. 2002. Folkor Indonesia, Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.

1 komentar:

  1. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/bersiap-6-zodiak-ini-akan-hadapi-cinta.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/ungkapan-hati-tak-lagi-redup-melalui.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/parah-dosen-dan-mahasiswa-selfie-bareng.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus